Anti-lock Braking System (ABS)
Oleh : Ir. Najamudin, MT
Dosen Universitas Bandar Lampung
Pengertian Dasar Anti-lock Braking System (ABS)
Sistem rem anti terkunci atau anti-lock
braking sistem (ABS) merupakan sistem pengereman pada kendaraan
agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi pengereman mendadak (panic
stop).
Sistem ini bekerja apabila pada kendaraan terjadi
pengereman keras sehingga salah sebagian atau semua roda berhenti sementara kendaraan
masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali sama sekali. Ketika sensornya
mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk
mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses
ini berlangsung sangat cepat, bisa mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah kendaraan
tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.
Manfaat sitem Anti-lock
Braking System
Kesalahan
persepsi pada fungsi rem menyebabkan rendahnya pemahaman konsumen pada manfaat
rem ABS (Anti-lock
Braking System). Karena itu, tak mengherankan bila masih banyak
konsumen kendaraan yang menganggap sepele fungsi fitur rem ABS. Padahal, fitur
ABS sangat besar manfaatnya bagi keselamatan berkendara, terutama saat
pengereman mendadak terlebih dilakukan di jalan yang licin.
Sampai detik ini pun banyak di antara
pengemudi yang memahami rem sebagai penghenti laju kendaraan. Padahal, fungsi
rem hanyalah mengurangi putaran roda. Dapat kita bayangkan, mengapa kendaraan yang berlari kencang masih meluncur ketika rem
sudah diinjak sedemikian dalamnya. Apalagi bila dilakukan dalam kondisi
lintasan basah atau berpasir.
Penyebab masih meluncurnya kendaraan
setelah di rem bukan karena roda yang masih berputar, tapi diakibatkan gaya
sentrifugal. Semakin kencang pergerakan kendaraan maka semakin besar potensi
gaya sentrifugal yang diterimanya ketika dilakukan penghentian mendadak. Pada kendaraan
tanpa fitur ABS gaya sentrifugal yang besar bahkan mampu menyeret ban yang
terkunci oleh rem.
Efek dari gaya sentrifugal memang
hanya melempar kendaraan lurus ke depan bahkan tergelincir. Namun bisa
dibayangkan, bagaimana bila ketika gaya sentrifugal diterima kendaraan posisi
roda depan sedang dalam keadaan miring. Maka kendaraan akan meluncur tak
terkendali, bahkan paling fatal mengakibatkan kendaraan terbalik.
Untuk mengurangi gaya sentrifugal
itulah maka tercipta rem ABS. Namun jauh sebelum ABS ditemukan para pembalap
telah menerapkan prinsif kerja rem ABS secara manual. Para pembalap biasanya
melakukan pengereman dari kecepatan tinggi dengan cara menekan pedal rem secara
bertahap, dalam reflek tinggi dan bobot tekanan yang berbeda-beda.
Pengemudi awam kerap memahami metode
ini dengan melakukan tindakan “mengocok” rem. Namun hampir sebagian besar dari
mereka salah menerapkannya. Alhasil, tak ada manfaat dari tindakannya itu.
Sebetulnya, yang dilakukan pembalap
tempo dulu (sebelum ditemukan ABS) sama dengan prinsip sederhana kerja fitur
ABS. ABS melakukan pengurangan laju secara gradual dengan pengereman bertahap.
Metode kerjanya dikontrol secara mekanis. Tujuannya, untuk menghindari roda
terkunci, sehingga potensi gaya sentrifugal yang akan mendorong kendaraan ikut
terkurangi.
Pada kendaraan-kendaran mahal, sistem
ABS sudah dikontrol oleh teknologi komputer yang cerdas. Beberapa kendaraan
canggih bahkan bisa mengontrol besaran tekanan rem yang dibutuhkan untuk
masing-masing roda.
Cara Kerja Rem Anti-lock Braking System (ABS)
Sistem kerja rem
pada sepeda motor berbeda dengan mobil, bahkan cara mengoperasikan dinilai
lebih rumit. Pasalnya, pada mobil cukup menggunakan satu pedal untuk mengoperasikan
keempat rem (bahkan truk dan bus lebih banyak lagi), untuk sepeda motor mayoritas
roda depan dan belakang, dioperasikan secara terpisah.
Untuk depan,
umumnya menggunakan tuas yang berada di setang. Sedangkan di belakang,
dioperasikan melalui pedal oleh kaki pengendara (kecuali skutik). Akibatnya,
saat melakukan pengereman, tenaga yang
sampai ke rem depan dan belakang tidak bersamaan. Di lain hal, rem depan
membutuhkan tenaga lebih kuat karena harus menanggung beban besar.
Dengan kondisi
seperti itu pula, sistem ABS pada motor tidak sama dengan mobil. Harus
mempertimbangkan berbagai aspek. Misalnya kenyamanan bagi pengendara. Bahkan, masalah
yang cukup sulit adalah memasang ABS pada sepeda motor supersport. Pasalnya,
sepeda motor jenis ini, lebih pendek, titik gravitasi tinggi. Semua itu akan
mempengaruhi pemasangan, kehandalan, stabilitas dan kenyamanan pengendara
Cara kerja sistem
ABS adalah pada sisstem ABS ada penambahan alat yang dinamakan Pressure Control
Valve – PCV ( Katup Pengendali Tekanan). Jadi dari tuas rem, minyak rem akan
mengalir melalui katub ini dulu baru sampai ke kaliper.
Gambar 1. ABS Sistem
Diagram
Sistem ABS
terdiri dari tiga bagian, yaitu :
Ø Sensor kecepatan
Ø Pengendali Katub Tekanan
Ø Unit pengendali Elektronik (ECU).
Bagian
terpenting yang merupakan otak dari sistem ini adalah ECU. ECU
dengan parameter kecepatan yang diperolehnya dari sensor kecepatan akan
mengetahui bila akan terjadi sebuah kejadian deselerasi yang ekstrim (kecepatan turun secara ekstrim dan
tiba-tiba) yang dapat menyebabkan rem cakram mengunci (locking). Sebelum hal ini terjadi, ECU secara otomatis akan menutup katup tekanan
pada PCV (Pressure Control Valve)
yang membuat minyak rem yang menuju kaliper akan terhambat dan tekanan piston kaliper
berkurang sehingga gejala mengunci (Nge-Lock)
dapat dihindari. Setelah ECU mendeteksi kecepatan telah berkurang dan aman dari
gejala deselerasi ekstrim, perlahan-lahan katub kembali akan dibuka untuk dapat
membuat tekanan kembali pada kaliper sehingga motor dapat dihentikan.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah wawasan di
bidang Teknik Mesin.
Thanks
Ir. Najamudin, MT
No comments:
Post a Comment