Wednesday, 18 February 2015

Anti-lock Braking System (ABS)

Anti-lock Braking  System (ABS)

Oleh : Ir. Najamudin, MT

Dosen Universitas Bandar Lampung



Pengertian Dasar Anti-lock Braking  System (ABS)
Sistem rem anti terkunci atau anti-lock braking sistem (ABS) merupakan sistem pengereman pada kendaraan agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi pengereman mendadak (panic stop).

Sistem ini bekerja apabila pada kendaraan terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian atau semua roda berhenti sementara kendaraan masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali sama sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses ini berlangsung sangat cepat, bisa mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah kendaraan tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.

Manfaat sitem Anti-lock Braking System
Kesalahan persepsi pada fungsi rem menyebabkan rendahnya pemahaman konsumen pada manfaat rem ABS (Anti-lock Braking System). Karena itu, tak mengherankan bila masih banyak konsumen kendaraan yang menganggap sepele fungsi fitur rem ABS. Padahal, fitur ABS sangat besar manfaatnya bagi keselamatan berkendara, terutama saat pengereman mendadak terlebih dilakukan di jalan yang licin.
Sampai detik ini pun banyak di antara pengemudi yang memahami rem sebagai penghenti laju kendaraan. Padahal, fungsi rem hanyalah mengurangi putaran roda. Dapat kita bayangkan, mengapa kendaraan  yang berlari kencang masih meluncur ketika rem sudah diinjak sedemikian dalamnya. Apalagi bila dilakukan dalam kondisi lintasan basah atau berpasir.
Penyebab masih meluncurnya kendaraan setelah di rem bukan karena roda yang masih berputar, tapi diakibatkan gaya sentrifugal. Semakin kencang pergerakan kendaraan maka semakin besar potensi gaya sentrifugal yang diterimanya ketika dilakukan penghentian mendadak. Pada kendaraan tanpa fitur ABS gaya sentrifugal yang besar bahkan mampu menyeret ban yang terkunci oleh rem.
Efek dari gaya sentrifugal memang hanya melempar kendaraan lurus ke depan bahkan tergelincir. Namun bisa dibayangkan, bagaimana bila ketika gaya sentrifugal diterima kendaraan posisi roda depan sedang dalam keadaan miring. Maka kendaraan akan meluncur tak terkendali, bahkan paling fatal mengakibatkan kendaraan terbalik.
Untuk mengurangi gaya sentrifugal itulah maka tercipta rem ABS. Namun jauh sebelum ABS ditemukan para pembalap telah menerapkan prinsif kerja rem ABS secara manual. Para pembalap biasanya melakukan pengereman dari kecepatan tinggi dengan cara menekan pedal rem secara bertahap, dalam reflek tinggi dan bobot tekanan yang berbeda-beda.
Pengemudi awam kerap memahami metode ini dengan melakukan tindakan “mengocok” rem. Namun hampir sebagian besar dari mereka salah menerapkannya. Alhasil, tak ada manfaat dari tindakannya itu.
Sebetulnya, yang dilakukan pembalap tempo dulu (sebelum ditemukan ABS) sama dengan prinsip sederhana kerja fitur ABS. ABS melakukan pengurangan laju secara gradual dengan pengereman bertahap. Metode kerjanya dikontrol secara mekanis. Tujuannya, untuk menghindari roda terkunci, sehingga potensi gaya sentrifugal yang akan mendorong kendaraan ikut terkurangi.
Pada kendaraan-kendaran mahal, sistem ABS sudah dikontrol oleh teknologi komputer yang cerdas. Beberapa kendaraan canggih bahkan bisa mengontrol besaran tekanan rem yang dibutuhkan untuk masing-masing roda.

Cara Kerja Rem Anti-lock Braking System (ABS)
Sistem kerja rem pada sepeda motor berbeda dengan mobil, bahkan cara mengoperasikan dinilai lebih rumit. Pasalnya, pada mobil cukup menggunakan satu pedal untuk mengoperasikan keempat rem (bahkan truk dan bus lebih banyak lagi), untuk sepeda motor mayoritas roda depan dan belakang, dioperasikan secara terpisah.
Untuk depan, umumnya menggunakan tuas yang berada di setang. Sedangkan di belakang, dioperasikan melalui pedal oleh kaki pengendara (kecuali skutik). Akibatnya, saat melakukan  pengereman, tenaga yang sampai ke rem depan dan belakang tidak bersamaan. Di lain hal, rem depan membutuhkan tenaga lebih kuat karena harus menanggung  beban besar.
Dengan kondisi seperti itu pula, sistem ABS pada motor tidak sama dengan mobil. Harus mempertimbangkan berbagai aspek. Misalnya kenyamanan bagi pengendara. Bahkan, masalah yang cukup sulit adalah memasang ABS pada sepeda motor supersport. Pasalnya, sepeda motor jenis ini, lebih pendek, titik gravitasi tinggi. Semua itu akan mempengaruhi pemasangan, kehandalan, stabilitas dan kenyamanan pengendara

Cara kerja sistem ABS adalah pada sisstem ABS ada penambahan alat yang dinamakan Pressure Control Valve – PCV ( Katup Pengendali Tekanan). Jadi dari tuas rem, minyak rem akan mengalir melalui katub ini dulu baru sampai ke kaliper.

Gambar 1. ABS Sistem Diagram

Sistem ABS terdiri dari tiga bagian, yaitu :
Ø  Sensor kecepatan
Ø  Pengendali Katub Tekanan
Ø  Unit pengendali Elektronik (ECU).

Bagian terpenting yang merupakan otak dari sistem ini adalah ECU. ECU dengan parameter kecepatan yang diperolehnya dari sensor kecepatan akan mengetahui bila akan terjadi sebuah kejadian deselerasi yang ekstrim (kecepatan turun secara ekstrim dan tiba-tiba) yang dapat menyebabkan rem cakram mengunci (locking). Sebelum hal ini terjadi, ECU secara otomatis akan menutup katup tekanan pada PCV (Pressure Control Valve) yang membuat minyak rem yang menuju kaliper akan terhambat dan tekanan piston kaliper berkurang sehingga gejala mengunci (Nge-Lock) dapat dihindari. Setelah ECU mendeteksi kecepatan telah berkurang dan aman dari gejala deselerasi ekstrim, perlahan-lahan katub kembali akan dibuka untuk dapat membuat tekanan kembali pada kaliper sehingga motor dapat dihentikan.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah wawasan di bidang Teknik Mesin.

Thanks
Ir. Najamudin, MT



No comments:

Post a Comment