Thursday, 30 April 2015

SISTEM PENGUKURAN DAN KERANGKA KERJA PENGUKURAN PADA SISTEM KENDALI INDUSTRI Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung


SISTEM PENGUKURAN DAN KERANGKA KERJA PENGUKURAN 
PADA SISTEM KENDALI INDUSTRI

Oleh Ir. Najamudin, MT
Dosen Universitas Bandar Lampung

Sistem Pengukuran umum
Didalam sistem Pengukuran, untuk mendeteksi benda yang diukur harus menggunakan sensor, kebanyakan sistem pengukuran mempunyai kerangka kerja yang pengaturan umumnya terdiri atas tiga tingkat  yaitu :
  1. Tingkat 1 : Detector / pengubah atau tingkat Sensor / Pengindra / Transduser
Fungsi utama tingkat ini adalah untuk mendeteksi atau mengindra benda yang diukur. Pada waktu yang sama, idealnya alat ini tidak peka untuk masukan lain. Misalnya jika alat pengindra tekanan, harus tidak peka terhadap percepatan.
  1. Tingkat 2 : Pengkondisian sinyal (Signal (Conditioning).
Tujuan  Tingkat pengkodisian sinyal (Signal (Conditioning) adalah untuk memodifikasi informasi yang diubah sehingga informasi ini dapat diterima oleh tingkat ketiga atau terakhir. Disamping itu tingkat ini mungkin menunjukkan satu atau beberapa operasi dasar, misalnya menguatkan atau menyaring secara selektif, memisahkan atau mengukur jarak jauh yang diperlukan.

  1. Tingkat 3 : Tingkat pembacaan
Memberikan informasi yang dicari dalam bentuk yang komprehensif terhadap salah satu indra manusia atau pengendali. Agar hasilnya dapat direspon dengan cepat.

Bagianbagian dari alat ukur
Secara garis besar suatu alat dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu :
1. Sensor / Pengindra / Transduser / Transmiter
2. Pengkondisian sinyal
3. Penunjuk atau indicator / display dan pencatat atau rekorder
  
Tabel.1 Tingkatan Sistem Pengukuran

 Secara Skematik Sistem Pengukuran dapat digambarkan sebagai berikut :


Gambar 1. Skema Sistem Pengukuran


Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan dapat menambah wawasan di bidang Mechanical Engineering

Thanks

Ir. Najamudin, MT


Wednesday, 29 April 2015

KALIBRASI DAN PENGGUNAAN ALAT UKUR Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung


KALIBRASI DAN PENGGUNAAN ALAT UKUR
Oleh Ir. Najamudin, MT
Dosen Universitas Bandar Lampung



Kalibrasi Alat Ukur
Kalibrasi adalah kegiatan untuk mengetahui kebenaran nilai penunjukan suatu alat ukur. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur yang diperiksa terhadap standar ukur yang relevan dan diketahui lebih tinggi nilai ukurnya. Selanjutnya untuk mengetahui nilai ukur standar yang dipakai, standarnya juga harus dikalibrasi terhadap standar yang lebih tinggi akurasinya. Dengan demikian setiap alat ukur dapat ditelusuri (traceable) tingkat akurasinya sampai ke tingkat standar nasional atau standar internasional.
Dari proses kalibrasi dapat menentukan nilainilai yang berkaitan dengan kinerja alat ukur atau bahan acuan. Hal ini dicapai dengan pembandingkan langsung terhadap suatu standar ukur atau bahan acuan yang bersertifikat. Output dari kalibrasi adalah sertifikat kalibrasi dan label atau stiker yang disematkan pada alat yang sudah dikalibrasi.
Tiga alasan penting, mengapa alat ukur perlu dikalibrasi
1.      Memastikan bahwa penunjukan alat tersebut sesuai dengan hasil pengukuran lain
2.      Menentukan akurasi penunjukan alat.
3.      Mengetahui keandalan alat,yaitu alat ukur dapat dipercaya.
Tujuan kalibrasi alat ukur adalah untuk menentukan devisiasi dan kebenaran nilai penunjukan alat ukur dan pengukuran hasil dijamin dengan Standar Nasional maupun international. Dengan demikian kondisi alat ukur dapat disimpan sesuai dengan spesifikasi.
Kalibrasi atau peneraan (calibration) instrumen sangat penting, karena memungkinkan memeriksa instrumen terhadap standar yang diketahui, untuk selanjutnya mengurangi kesalahan dalam ketelitiannya. Prosedur kalibrasi melibatkan perbandingan instrumen itu dengan standar primer atau standar sekunder yang mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dari instrumen yang dikalibrasi, atau dengan sumber masukan yang diketahui.
Contoh :
Ø  Sebuah meter-aliran (flowmeter) mungkin dikalibrasi dengan membandingkan
dengan    fasilitas   pengukuran   aliran standar di National Bureau of Standards  
(Amerika Serikat).
Ø  Membandingkan       dengan meter-aliran   lain     yang  ketelitiannya diketahui
Ø  Melakukan kalibrasi langsung dengan    pengukuran primer seperti menimbang 
sejumlah tertentu air dalam tangki dan   mencatat waktu yang digunakan untuk
mengalirkan kuantitas tersebut melalui meter itu.

Penggunaan Alat Ukur
Sebagai dasar untuk studi yang terinci tentang Instrument pengukuran dan karakteristiknya, secara umum penggunaan alat ukur dikelompokkan sebagai berikut :
  1. Pemonitoran Proses dan Operasi ( Monitoring of Prosses and Operation )
  2. Pengendalian Proses dan Operasi
  3. Analisa Keteknikan Eksperimental
Pemonitoran Proses dan Operasi ( Monitoring of Prosses and Operation )
Penggunaan tertentu dari Instrument pengukuran dapat dilihat dari fungsi pemonitoran, biasanya dapat dilihat langsung indikator pada mesinnya, misal Termometer, Barometer digunakan untuk mengetahui tempratur dan tekanan, contoh pada refrigerator yaitu digunakan untuk mengukur tempratur dan tekanan pada kondenser. Untuk fungsi pemonitoran cukup digunakan alat ukur manual.

Pengendalian Proses dan Operasi (Control of Prosses and Operation)
Pada jenis pengukuran Instrument ini, Instrument juga bertindak sebagai sistem pengendalian secara Automatis.
Misalnya :
Instrument pengukuran dan pengendalian pada Plant/Pabrik yang digunakan untuk pengendalian mesin dan proses pada bidang industri, instrument pesawat terbang dan mesin-mesin lainnya.
Contoh penggunaan alat ukur untuk proses pengendalian sederhana dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
 Gambar. Sistem Pengontrol Ketinggian Air

Dalam gambar disajikan Mekanisme tuas dan pelampung, selain berfungsi untuk mengukur tinggi air juga berguna sebagai pengendalian pasokan air.
Analisa Keteknikan Eksperimental
Untuk menyelesaikan masalah keteknikan, tersedia dua metode umum yaitu Teoritis dan Eksperimental. Banyak masalah yang memerlukan kedua metode tersebut, maka teori dan eksperimental harus dipandang saling melengkapi.
Misal  :
Untuk mengukur daya efektif poros pada suatu mesin, tidak dapat diukur secara eksperimental tetapi dapat dihitung secara teoritis yaitu :
            Daya efektif   =  Momen Torsi  x Kecepatan sudut
Atau
            Ne  =  T x w
Dimana :  Ne  =  Daya efektif
                 T   =  Momen Torsi
                 w   =  Kecepatan sudut
                       =  2 p n
                 n    =  Putaran Poros ( rpm )
dari teori diatas maka daya efektif tersebut tidak dapat langsung dihitung tanpa dilengkapi eksperimen yaitu :
Ø  Eksperimen untuk mengukur Momen Torsi digunakan Dinamometer
Ø  Eksperimen untuk mengukur putaran digunakan Tako meter
Setelah diukur secara eksperimen barulah daya efektif poros tersebut dapat dihitung.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan dapat menambah wawasan di bidang Mechanical Engineering

Thanks

Ir. Najamudin, MT


KONSEP DASAR PENGUKURAN TEKNIK Oleh Ir. Najamudin, MT - Dosen Universitas Bandar Lampung

KONSEP DASAR PENGUKURAN TEKNIK
Oleh Ir. Najamudin, MT
Dosen Universitas Bandar Lampung


1.1 Pengukuran ( measurement )
Pengukuran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai suatu besaran dalam bentuk angka (kwantitatif). Jadi mengukur adalah suatu proses yang mengaitkan angka secara empirik dan obyektif pada sifat-sifat obyek atau kejadian nyata sehingga angka yang diperoleh tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek atau kejadian yang diukur.
1.2 Pengertian Alat Ukur (instrument)
Untuk melakukan kegiatan pengukuran, diperlukan suatu perangkat yang dinamakan instrumen (alat ukur). Jadi instrumen adalah sesuatu yang digunakan untuk membantu kerja indera untuk melakukan proses pengukuran. Misalnya pada mobil, manometer (pressure gauge) pengukur tekanan udara dalam ban, termometer ( pengukur suhu mesin), speedometer (pengukur kecepatan), levelmeter (pengukur bahan bakar pada tangki), pH meter (pengukur derajat keasaman dalam batere) dst.
Instrument atau alat ukur terdiri dari banyak jenis yang dapat juga dikelompokkan melalui disiplin kerja atau besaran fisiknya. diantaranya:
Ø  alat ukur dimensi: mistar, jangka sorong, mikrometer, dst.
Ø  alat ukur massa : timbangan
Ø  alat ukur mekanik; tachometer, torquemeter, dll
Ø  alat ukur fisik : gelas ukur, densitometer, flowmeter .
Ø  alat ukur listrik: voltmeter, amperemeter, jembatan Wheatstone
Ø  alat ukur suhu: termometer
Ø  alat ukur optik: luxmeter,fotometer, spectrometer dan lainlain
Instrumentasi (Instrumentation)
Adalah Bidang ilmu dan teknologi yang mencakup perencanaan, pembuatan dan penggunaan  instrument atau alat ukur besaran fisika atau sistem instrument untuk keperluan deteksi, penelitian, pengukuran, pengaturan serta pengolahan data.
Kata diukur (Measured) digunakan untuk menunjukkan parameter Fisika tertentu yang sedang diamati dan diukur, yaitu kuantitas masukan ke proses pengukuran dan kemudian kegiatan pengukuran akan memberikan hasilnya.
Contoh :
Ø  Mengukur panjang diukur menggunakan mistar  ukur (Standar), hasil (Pembacaan) didapat dalam satuan panjang (Meter, cm, mm, ft, inch dst).
Ø  Mengukur suhu / Tempratur digunakan Thermometer (standar), dan hasil (Pembacaan) didapat  dalam satuan tempratur (0C, 0F)
Standar pembanding harus mempunyai sifat yang sama dengan yang diukur, dan diatur oleh lembaga resmi atau organisasi yang diakui :
Misal :
Ø  National Bureau of Standard (NBS)
Ø  International Organisation for Standarisation (ISO)
Ø  American National Standar Institute (ANSI)
Besaran-besaran yang digunakan seperti : Suhu, parameter-parameter aliran fluida, gerakan, besaran-besaran dasar, massa, panjang, waktu dan sebagainya adalah yang termasuk dalam ruang lingkup besaran mekanis.
Pengukuran besaran mekanis sering juga menggunakan elemen listrik karena dapat mempermudah pengukuran untuk mentrandus atau mengubah besaran mekanis yang diukur menjadi besaran listrik yang sesuai.




tempratur, level dan lain-lain. Semuanya dilakukan bersama-sama oleh pekerja dengan memerlukan banyak tenaga atau sumber daya manusia.

Tahun 1920 – 1950  : Automatic Control 1 ( Pengendalian Automatis )
Pengendalian proses dan pengukuran telah menggunakan sistim Pheneumatic Control yang dilengkapi Panel pengontrol indikator dengan sistim penunjukkan jarum skala. Sehingga dapat meringankan tugas operator karena tidak harus mengontrol terus pada mesinnya langsung. Sistim ini tidak membutukan terlalu banyak pekerja sehingga bisa menghemat tenaga dan sumber daya manusia.

Tahun 1950 – 1975 : Automatic Control 2
Pengendalian dan penggunaan alat ukur menggunakan panel dengan Instrument Elektronik dan Pheneumatic. Pengendalian proses dan mesin telah dapat dilakukan dengan jarak jauh yaitu pengontrolan dilakukan pada ruang control (Control Room) dengan menggunakan System Programmable Logic Control / PLC. Dalam pengoperasiannya cukup dilakukan oleh dua orang operator.

Tahun 1975 sampai sekarang.
Distributed Control Sistem ( Sistem pengendalian  terpadu )
Pengendalian dan penggunaan alat ukur menggunakan panel dengan Instrument telah menggunakan teknologi canggih yaitu Teknologi Micro Processor dengan menggunakan sistem computer yang disebut Distributed Control Sistem (DCS). Sistem ini dapat menyimpan data, mencetak,     serta dapat    membuat laporan  harian
(Dairy Report), dan data secara grafik yang dapat dicetak (Print).
Dalam pengoperasian dapat dilakukan oleh hanya satu orang yaitu pada ruang control (Control Room).



Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan dapat menambah wawasan di bidang Mechanical Engineering

Thanks

Ir. Najamudin, MT



Tuesday, 28 April 2015

Tahukah Anda Ternyata masih ada Dosa yang lebih besar dari Berzinah

Tahukah Anda Ternyata masih ada Dosa yang lebih besar dari Berzinah

Oleh : Ir. Najamudin, MT
Dosen Universitas Bandar Lampung



Assalamualaikum. wr.wb
Sebelumnya mari kita berdoa semoga Amal ibadah kita selalu diridhoi dan diterima oleh Allah SWT

Berdasarkan pemahaman banyak orang bahwa dosa yang sangat besar itu salah satunya adalah zina, ternyata masih ada dosa yang lebih besar dari zinah, hal ini bias kita lihat dari kisah sewaktu zamannya Nabi Musa.

Suatu senja, seorang wanita melangkahkan kaki mendekati kediaman Nabi Musa. Setelah mengucapkan salam, dia masuk sambil terus menunduk, dan Air matanya berderai tatkala berkata, “Wahai Nabi ALLAH, tolonglah saya, doakan agar ALLAH mengampuni dosa keji saya”.
“Apakah dosamu yang telah kamu lakukan wahai wanita...?” Tanya Nabi Musa.
“Saya takut mengatakannya,” jawab wanita itu.
“Katakanlah, jangan ragu-ragu...!”desak Nabi Musa.
Maka perempuan itu pun dengan takut bercerita, “Saya telah berzina.”
Kepala nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.
“Dari perzinaan itu saya hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya cekik lehernya sampai mati,” lanjut perempuan itu seraya menangis.
Mata Nabi Musa berapi-api, dengan muka yang berang dia menghardik : “Perempuan celaka, pergi dari sini, agar siksa ALLAH tak jatuh ke dalam rumahku.
Pergi...!!!!” teriak nabi Musa sambil berpaling karena jijik.
Hati perempuan itu bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh. Dia menangis tersedu-sedu dan keluar dari rumah Nabi Musa.
Ia tak tahu harus kemana lagi mengadu. Bahkan dia tak tahu ke mana harus melangkahkan kaki.
Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana manusia lain bakal menerimanya...?
Sepeninggalnya wanita tersebut, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Jibril lalu bertanya, “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak BERTAUBAT dari dosanya...? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar dari itu...?”
Nabi Musa terperanjat, “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu...?
Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang hina itu...?” Tanyanya.
“Ada...!!!” Jawab Jibril dengan tegas.
“Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada SERIBU kali berzina.”
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa memanggil wanita tadi,
lalu berdoa memohon ampunan kepada ALLAH.
Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa penyesalan seakan menganggap remeh perintah ALLAH.
Sedangkan BERTAUBAT dan menyesali Dosa dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai IMAN di dadanya dan Yakin ALLAH itu ada.
Subhanallah...Semoga yang "like" dan "bagikan" tausiyah ini semua dosanya diampuni Allah, diangkat derajatnya, dikabulkan segala hajatnya dan mendapatkan pasangan yang sakinah serta anak yang sholeh/sholeha hingga bisa masuk surga melalui pintu mana saja yang dikehendaki. Aamiin ya Rabbal'alamiin
Demikianlah kisah singkat mengenai dosa besar ini, semoga bisa menambah wawasan bagi umat muslim dan dapat mengambil hikmahnya serta marilah kita tingkatkan keimanan kita, janganlah kita melalaikan dan melupakan sholat 5 waktu, semoga amal Ibadah kita dapat diterima oleh Allah SWT.

Sumber : Cahaya Islam

Thanks

Ir. Najamudin, MT

Dosen Prodi Teknik Mesin UBL

Monday, 27 April 2015

Cara menjalankan Puasa Bulan Rajab dan Hukumnya

Cara menjalankan Puasa Bulan Rajab
dan Hukumnya

Oleh : Ir. Najamudin, MT
Dosen Universitas Bandar Lampung






Assalamualaikum. wr.wb
Sebelumnya mari kita berdoa semoga Amal ibadah kita selalu diridhoi dan diterima oleh Allah SWT

Berdasarkan kalender umat Islam, 1 Rajab 1436 Hijriah jatuh pada tanggal 20 April 2015. Bulan Rajab ini biasanya dimanfaatkan oleh sejumlah umat muslim untuk melaksanakan ibadah puasa. Mau tahu apa pahala orang yang berpuasa di bulan Rajab?

Puasa di bulan Rajab hukumnya adalah sunnah. Bagi Anda yang menjalankan tentu akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sementara yang tidak berpuasa pada bulan Rajab tidak akan mendapat apa-apa.
Meskipun hukumnya sunnah, puasa di bulan Rajab ini sangat dinanti banyak umat muslim. Allah SWT sudah menyiapkan pahala yang sangat besar untuk orang yang melaksanakannya.

“Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun,
bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka jahanam.
Bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga.
Dan bila puasa 10 hari maka Allah akan mengabulkan semua permintaannya,” 
HR. AT-Thabrani dari Sa’id bin Rasyid.

Sementara itu, hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menyatakan, “barang siapa puasa pada tanggal 27 Rajab, Allah mencatatnya sebagaimana orang yang puasa selama 60 bulan (5 Tahun)”
Meskipun hukumnya sunnah, puasa di bulan Rajab ini banyak pahalanya. Untuk itu, janganlah kesempatan ini Anda sia-siakan begitu saja.

Berikut tata cara puasa di bulan Rajab:

 

1. Kapan mulai berpuasa?

Puasa di bulan Rajab sendiri tidak ditentukan tanggalnya, yang terpenting sudah masuk bulan Rajab. Jika ingin mendapat pahala yang lebih, Anda bisa mulai berpuasa pada tanggal 1 Rajab. Banyak yang menyebutkan, puasa pada 1 Rajab itu akan menghapuskan dosa selama 3 tahun.

2. Niat puasa di waktu makan sahur

Berikut doanya:

3. Menjauhi segala hal yang bisa membatalkan puasa

Agar puasa di bulan Rajab sempurna, maka Anda harus menjauh segala hal yang bisa membatalkan puasa. Mulai dari makan-minum dan menahan hawa nafsu. Terhitung sejak terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari.

 

4. Berbuka puasa

Jika waktu Maghrib tiba, itu artinya Anda boleh untuk membatalkan puasa atau biasa disebut berbuka puasa. Utamakan untuk menyantap makanan manis.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai ibadah puasa sunnah di bulan Rajab. Semoga puasa bulan Rajab tahun 2015 ini bisa menambah pahala umat muslim yang menjalankannya.

Thanks

Ir. Najamudin, MT
Dosen Prodi Teknik Mesin UBL